Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Keberkahan Hilang

Ketika Keberkahan Hilang

Sering kita rasakan bahwa akhir-akhir ini waktu berputar begitu cepat, tanpa sadar waktu sudah menjelang siang, kadang sekedar ngumpul, ngerumpi dan ngobrol tiba-tiba senja sudah mulai petang, sebulan serasa kurang dari beberapa pekan, sepekan berlalu seperti beberapa hari, dan sehari bagaikan hanya beberapa jam saja. Inikah mungkin pernyataan Rosululloh SAW bahwa "Salah satu tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah waktu terasa semakin singkat".

Banyak hadits yang meriwayatkan, misalnya hadist mam Ahmad dan Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa Rosululloh bersabda, “Tidak akan tiba hari kiamat hingga waktu semakin singkat. Satu tahun bagaikan satu bulan, satu bulan bagaikan satu minggu, satu minggu bagaikan satu hari, satu hari bagaikan satu jam. Dan satu jam bagaikan api yang membakar daun kurma”. Dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah juga, Nabi SAW bersabda, “Waktu akan semakin singkat, harta akan berlimpah ruah. fitnah akan menyebar, dan akan banyak terjadi pembunuhan".

Mengapa waktu terasa begitu singkat? Rupanya tak ada yang berubah dari waktu ini, ukuran bumipun masih tetap sama, matahari tetap saja seperti dulu setia menyinari bumi tanpa henti, putaran jam masih konsisten dengan jumlah 24 jam tak ada yang berkurang. Hanya rasa dan hasrat manusia saja yang selalu merasa tamak dan kurang.

Benarkah keberkahan itu sudah dicabut?
Para ulama hadits seperti Qadhi 'Iyadh, Al-Nawawi, Ibn Abi Jamroh menafsirkan bahwa, “Maksud dari singkatnya waktu adalah hilangnya keberkahan dalam waktu tersebut. Sehingga dalam satu hari tidak mampu dimanfaatkan olehnya melainkan hanya seperti satu jam saja”. Imam Ibn Hajar alAsqolani dalam Fath Al-Bari berkata bahwa "Alloh Swt. mencabut semua keberkahan dari segala sesuatu, termasuk keberkahan waktu. Dan ini merupakan salah satu tanda dekatnya kiamat”.

Apa arti berkah itu?
Secara bahasa, kata "berkah” (barokah) bermakna bertambah (al-ziyadah) dan berkembang (al-nama). Kata ini lalu digunakan untuk menunjukkan “kebaikan atau manfaat yang banyak" seperti halnya keberkahan dalam perjalanan isro' Rosululloh yakni perjalanan yang seharusnya ditempuh lebih dari 1 bulan hanya dilakukan dalam waktu semalam saja. Begitu pula doa beliau untuk sahabatnya Abu Qatadah, “Ya Alloh, berkahilah kulit dan rambutnya”. Berkah doa itu, kulit dan rambut Abu Qatadah tidak pernah berubah meski usianya makin bertambah. Al-Hafiz Ibn 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq bercerita bahwa Abu Qatadah wafat pada usia 70 tahun namun kulit dan rambutnya bagaikan anak muda berusia 17 tahun.

Keberkahan waktu dapa dilihat dalam sejarah hidup tokoh-tokoh Islam sejak masa sahabat. Mereka berhasil melahirkan prestasi besar hanya dalam masa yang sangat singkat agak sukar diterima oleh logika kekinian. Shohabat Zaid bin Tsabit, misalnya berhasil menguasai bahasa Yahudi (Suryaniah) hanya dalam 17 hari saja. Padahal pada saat itu belum ada alat bantu modern audio visual seperti sekarang ini. Bandingkan dengan saat ini yang memerlukan bertahun-tahun untuk sekedar belajar bahasa Arab atau Inggris tanpa memperoleh hasil yang membanggakan.

Apakah yang menyebabkan hilangnya keberkahan?
Imam Ibn Abi Jamroh dalam Syarh Al-Bukhari berkata, "Penyebabnya adalah lemah iman dan menyebar luasnya kemungkaran, salah satunya dalam hal makanan”. Seringkali manusia tidak peduli sehingga tanpa ragu-ragu mengambil makanan yang haram setiap kali ada kesempatan. Padahal keberkahan dalam waktu, rizki dan tumbuhan hanya datang melalui kekuatan iman dan ketundukan terhadap perintah dan larangan. Alloh berfirman : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakannya".

Ketika iman melemah niscaya akan mengakibatkan berbagai maksiat dan pekerjaan mudhorot. Padahal perbuatan ini hanya memberi keuntungan semu dan sirna dalam masa singkat. Adalah mustahil akan adanya keberkahan selama hal-hal haram menjadi kebiasaan kita, sehingga semua itu berujung pada terhijabnya kita untuk menggunakan waktu dengan lebih anfa’. Fenomena malas dan tidur ketika beribadah, menuntut ilmu dan bekerja lahir akibat mengkonsumsi makanan haram. Syeikh Abu Al-Hasan Asy Syadzili berkata, "Kami telah membuktikan bahwa tak ada obat yang paling mujarab untuk mengusir kantuk selain mengkonsumsi makanan halal dan menjauhi yang haram atau syubhat. Barangsiapa yang memakan makanan haram atau syubhat maka ia banyak tidurnya". Nah, kita telah menyadari bahwa keberkahan telah hilang, maka kita harus berusaha untuk dapat memanfaatkan waktu yang masih tersisa ini dengan baik untuk hal-hal yang baik demi rumah akhirat yang baik pula.

الله أعلم بالصّواب
Ulfadilah
Ulfadilah Menjaga Tradisi Mencipta Inovasi

Post a Comment for "Ketika Keberkahan Hilang"